DAHSYATNYA BERSEDEKAH
Banyak Hikayah tertang keutamaan bersedekah yang dikemukakan oleh para Sahabat, Tabiin, Tabiit tabiin, dan para Salafus Sholihin. Maka ada baiknya kita renungkan hikayah yang bersumber dari Ikrimah (maula Abdullah bin Abbas Radliyallahu anhuma). Ikrimah adalah santri Ibnu Abbas, ia dikenal sebagai mufassir yang pendapatnya menjadi rujukan para ahli tafsir. Hikayat ini diceritakan Ikrimah ra. sebagaimana dimuat dalam Kita Hilyatul Auliya wa Thobaqotul Ashfiya yang disusun oleh Al-Hafidh Abu Nuaim al-Fahani. Berikut hikayahnya :
Dahulu kala ada seorang raja membuat peraturan untuk rakyatnya : Sungguh jika aku menemukan seseorang yang memberikan shodaqoh maka tangannya akan aku potong.
Suatu saat ada seorang peminta-minta datang kepada seorang perempuan, lalu berkata : Berilah aku sedekah dengan sesuatu.
Perempuan tersebut menjawab : bagaimana aku memberimu sedekah, padahal raja akan memotong tangan orang yang memberi sedekah ?.
Peminta-minta berkata : Aku memohon kepadamu dengan wajah Allah (memohon dengan penuh keihlasan) berilah sedekah kepadaku saja, jangan memberi sedekah kepada selainku (maksudnya cukup bersedekah kepaaku saja jangan kepada yang lain biar tidak ketahuan raja dan tagan anda tidak dipotong).
Akhirnya perempuan itu memberi sedekah kepada peminta-minta tersebut berupa dua potong roti.
Kejadian ini akhirnya diketahui oleh raja, kemudian perempuan itu didatangkan ke hadapan raja dan diberi hukuman “tangan perempuan itu dipotong” oleh algojo kerajaan.
Suatu saat sang raja berkata kepada ibunya : Wahai Ibu, Tunjukkan kepadaku perempuan cantik yang patut aku nikahi ?
Ibu Raja menjawab : Sungguh di sini ada perempuan yang kau maksudkan, tapi dia memiliki cacat.
Raja berkata : Cacat apa yang kau maksud Ibu ?
Ibu Raja menjawab : Tangannya terpotong.
Raja berkata : Perintahkan menghadap perempuan yang kau maksud itu Ibu !,
Kemudian perempuan itu dihadapkan kepada Raja, Raja menjadi terheran-heran ketika meihat perempuan nampak sangat cantik jelita.
Ibu Raja berkata kepada perempuan itu : Sungguh! Raja ingin menikahi kamu ?
Perempuan itu menjawab : Ya, insyaallah (jika Allah menghendaki)
Akhirnya perempuan itu dinikahi oleh raja dan dimuliakan oleh Raja.
Sampai akhirnya, datanglah seorang pemfitnah dan penghasut menemui Raja (kita mesti ingat ! Likulli dzi na’matin hasud, setiap ada orang yang mendapat nikmat pasti ada orang lain yang iri hati). Kemudian pemfitnah tersebut keluar meninggalkan istana Raja dengan membawa surat dari Raja kepada Ibunya. Isi surat itu antara lain : Ibu !, Lihatlah fulanah (istri raja), maka nasihatilah aku (untuk menghadapi prilaku fulanah) dengan baik, dan nasihat itu aku laksanakan,
Pemfitnah tersebut di tengah jalan mengganti isi surat Raja kepada Ibunya, untuk diberikan kepada ibunya. Dan surat Raja tersebut diganti dengan kalimat yang lain, isinya antara lain : Ibu !, lihatlah kepada fulanah (istri raja), sungguh telah sampai khabar kepadaku, ada seorang laki-laki masuk ke kamarnya dan berbuat serong kepadanya lalu meninggalkan kamarnya.
Setelah membaca (isi surat palsu tadi), Ibu Raja menulis surat balasan kepada Raja (anaknya) : Anakku Sungguh engkau berdusta, perempuan ini adalah orang yang baik.
Isi surat dari Ibu Raja tersebut diganti oleh penghasut tersebut, dan isinya diganti : Fulanah (istri Raja) telah melahirkan anak (dari hubungn gelap dengan laki-laki yang disebut di atas).
Kemudian surat itu dikirim kepada Raja.
Maka ditulis surat untuk Ibu sang Raja, isinya : Ibunya supaya mendatangi fulanah, kemudian Pemfitnah (profokator), membawa bocah kecil diikat dan dibaringkan di sisi fulanah (istri raja). Saat ibu Raja datang, surat dibacakan kepadanya.
Maka Ibu Raja berkata kepada fulanah (istri raja) : Keluarlah, bawalah anakmu dan gendong di lehermu (fulanah tidak memiliki tangan akibat dihukum Raja), kemudian fulanah (istri raja) tersebut pergi.
Saat melewati sungai perempuan (fulanah istri Raja yang diusir) tersebut merasakan kehausan yang sangat, lalu ia berhenti dan minum air sungai itu yang menjadi berkah baginya. Ternyata anak kecil yang digendong dilehernya jatuh dan tenggelam di dalam sungai, maka atas kejadian ini ia menangis (menyesali tenggelamnya anak kecil yang dibawanya) sepanjang hari. Saat menangis itulah melintas dua orang laki-laki.
Kedua laki-laki itu bertanya kepada perempuan itu : Apakah yang menjadikan kamu menangis ?
Perempuan itu menjawab : Anak kecil yang aku gendung tenggelam dalam sungai ini, dan aku tidak memiliki dua tangan (untuk bisa menolongnya), dan sungguh ia (bocah kecil) jatuh di dalam sungai kemudian tenggelam.
Kedua Laki-laki itu berkata : Apakah kamu senang jika Allah berkehendak kedua tanganmu kembali seperti semula ?
Perempuan itu menjawab : Ya, kemudian ia berdoa kepada Allah swt, maka tangannya kembali sempurna seperti semula.
Kedua Laki-laki itu berkata : Engkau mengetahui tentang apa ?
Perempuan itu berkata : Aku tidak mengetahui apa-apa
Kedua Laki-laki itu berkta : Kita berdua (dua laki-laki penolong tersebut) adalah wujud (khadam) dua potong roti yang engkau sedekahkan.
Subhanallah, kisah di atas adalah ibrah (contoh yang dapat diambil sebagai pelajaran bagi kehidupan kita) balasan bagi orang yang saat hidupnya bersedekah dengan tulus ihlas yang dianugerahkan oleh Allah swt saat seseorang masih hidup di dunia, dan membutuhkan pertolongan. Maka benar apa yang disabdakan Rasulullah saw. :
عن أنس بن مالك قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وتـدْفَعُ عن مِيْتَةِ السُّوءِ
(رواه الترمذي)
Artinya :
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya sedekah itu dapat menghindarkan dari murka Allah, dan menghindarkan seseorang dari meninggal dalam keadaan yang buruk (su’ul khotimah) . HR. Turmudzi
Saat wabah covid-19 merajalela di belahan dunia termasuk di negara Indonesia, maka tentu akan mempunyai dampak yang begitu luas antara lain “menurunnya pertumbuhan ekonomi yang berakibat pada menurunnya pendapatan bagai sebagian orang, dan hilangnya pendapatan bagi sebagian lainnya, bahkan lahirnya keluarga miskin baru” semoga hal ini bukan azab Allah swt. Namun andai wabah covid-19 bagan dari serpihan kecil azab Allah swt (naudzubillah) maka sedekah adalah salah satu upaya untuk terhindar dari wabah covid-19. Karena itu, mumpung di bagian akhir bulan Romadlon, dimana saat ini adalah saat Allah membebaskan hamba-Nya dari siksa neraka (penderitaan hidup yang abadi) kita gunakan sebagaik-baiknya kesempatan di bagian akhir Romadlon ini untuk bersedekah dengan tulus ihlas, dan dengan wasilah sedekah insyaallah kita diselamatkan Allah swt dari segenap azab-Nya dan takdir-nya yang jelak, termasuk diselamatkan dari wabah covid-19 beserta dampaknya yang tidak kita kehendaki.
Semoga Allah swt menganugerahkan rizki kepada kita, walau dengan keterbatasan kekayaan yang kita miliki, Allah swt tetap memberikan kemudahan hati kita dan tangan kita untuk mengulurkan sedekah kepada kedua orang tua kita, suami-istri kita, anak-anak kita, keluarga, dan tentu sedekah untuk kemaslahan ummat manusia secara umumnya dan kemaslahan bagi agama Allah swt.
Muhammad Hamdan
Renungan 21 Romadlon 1441 H